Apakah hukum Taurat dalam Perjanjian Lama masih relevan bagi orang Kristen? Pertanyaan ini sering muncul di kalangan umat percaya yang ingin memahami bagaimana hukum dalam Perjanjian Lama diterapkan dalam terang ajaran Kristus. Untuk menjawabnya, kita perlu memahami tujuan hukum Taurat, bagaimana Kristus menggenapinya, dan bagaimana kasih menjadi inti kehidupan Kristen.
Hukum Taurat: Tujuan dalam Perjanjian Lama
Hukum Taurat dalam Perjanjian Lama diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel sebagai pedoman hidup yang kudus. Hukum ini memiliki tiga tujuan utama:
1. Mengajar Ketaatan kepada Tuhan: Sepuluh Hukum (Keluaran 20:1-17) menunjukkan bagaimana umat Allah harus hidup dalam ketaatan dan kesalehan.
2. Mengatur Sistem Ibadah: Aturan tentang korban persembahan dan ritual mengajarkan cara umat Israel menyembah Tuhan (Imamat 1-7).
3. Memisahkan Bangsa Israel: Hukum tentang makanan, pakaian, dan tradisi membedakan Israel sebagai umat pilihan Allah (Imamat 11:44-45).
Namun, hukum Taurat bukan tujuan akhir. Rasul Paulus menjelaskan bahwa hukum Taurat berfungsi sebagai penuntun yang membawa umat kepada Kristus:
“Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24).
Ketika Kristus datang, Ia menggenapi hukum Taurat. Roma 10:4 menyatakan:
“Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh setiap orang yang percaya.”
Menurut Nicolas (2022), penggenapan ini bukanlah pembatalan prinsip-prinsip moral yang terkandung dalam hukum Taurat, melainkan pemenuhan sempurna melalui kasih karunia Allah.
Kristus Menggenapi Hukum Taurat
Yesus sendiri menegaskan dalam Matius 5:17:
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
Artinya, melalui kehidupan-Nya yang sempurna dan pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat yang tidak mungkin dipenuhi oleh manusia. Dengan demikian, orang percaya tidak lagi terikat oleh hukum seremonial dan ritual Taurat, tetapi hidup di bawah anugerah.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa inti dari hukum Taurat adalah kasih, yang kini diwujudkan dalam hukum Kristus:
“Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 13:10).
Hukum Kristus: Kasih sebagai Inti Kehidupan Kristen
Sebagai pengganti hukum Taurat, orang Kristen hidup di bawah hukum Kristus. Ketika ditanya tentang hukum yang terutama, Yesus menjawab:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:37-40).
Zai dan Ong (2021) menyatakan bahwa hukum kasih ini merupakan inti dari ajaran Kristus dan menjadi pedoman moral dalam kehidupan orang percaya. Kasih kepada Tuhan dan sesama tidak hanya menjadi pengganti hukum Taurat, tetapi juga pemenuhan sempurna dari maksud hukum tersebut.
Praktik Kasih dalam Kehidupan Sehari-Hari
Bagaimana kita menerapkan hukum kasih dalam kehidupan kita sehari-hari?
1. Mengasihi Tuhan
Kasih kepada Tuhan diwujudkan dalam doa, penyembahan, membaca firman-Nya, dan hidup dalam ketaatan. Seperti yang dinyatakan dalam 1 Yohanes 5:3:
“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya.”
2. Mengasihi Sesama
Kasih kepada sesama tercermin dalam tindakan nyata, seperti menolong mereka yang membutuhkan, mengampuni kesalahan, dan menjadi berkat bagi orang lain. Yesus menekankan dalam Matius 5:16:
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Menurut Palmer (2020), kasih bukan hanya sekadar perasaan tetapi tindakan aktif yang mencerminkan iman kita dalam Kristus. Ketika kita mengasihi Tuhan dan sesama, kita memenuhi hukum Taurat dengan sempurna.
Kesimpulan
Sebagai orang percaya, kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat Perjanjian Lama, melainkan di bawah hukum Kristus, yang menekankan kasih kepada Tuhan dan sesama. Rasul Paulus menegaskan:
“Kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 13:10).
Dengan mengasihi Tuhan sepenuh hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri, kita tidak hanya memenuhi perintah-Nya, tetapi juga menjadi saksi terang kasih Kristus di dunia ini. Kasih yang kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari adalah refleksi nyata dari Injil yang hidup di dalam kita.
Pertanyaan Reflektif
Untuk merenungkan dan mengaplikasikan kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari, mari kita jawab pertanyaan berikut:
1. Bagaimana saya menunjukkan kasih kepada Tuhan dalam kehidupan saya sehari-hari?
2. Apakah tindakan saya terhadap sesama sudah mencerminkan kasih Kristus?
3. Apa langkah konkret yang dapat saya ambil untuk lebih mengasihi orang di sekitar saya, bahkan mereka yang sulit dikasihi?
Dengan merenungkan dan menjawab pertanyaan ini, kita diajak untuk hidup sesuai dengan hukum Kristus, memuliakan nama Tuhan, dan menjadi berkat bagi sesama.
Daftar Pustaka
Nicolas, D. G. (2022). Analisis Taurat sebagai Hukum Allah dan Hubungannya dengan Kehidupan Umat Allah dalam Perjanjian Baru. Academia.edu. https://www.academia.edu/111538780
Palmer, F. H. (2020). Hukum Kasih sebagai Fondasi Hidup Kristen Sejati. Semanticscholar.org. https://pdfs.semanticscholar.org/c707/f6ae907b14adb78fbe9bc39ed98f587db233.pdf
Zai, I. N., & Ong, T. (2021). Relasi Hukum Taurat dan Anugerah dalam Perjanjian Lama. Sttkalvari.ac.id. https://sttkalvari.ac.id/ojs/index.php/eleos/article/view/100