Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2024

Keyakinan Tersembunyi yang Merusak Keputusan Perekrutan dalam Kepemimpinan Gereja: Pendekatan Terstruktur untuk Memilih Kandidat yang Tepat

Memilih orang yang tepat adalah salah satu tugas paling krusial bagi setiap pemimpin gereja. Meskipun organisasi berbasis agama sering kali memprioritaskan keselarasan spiritual, keyakinan yang tidak diperiksa secara kritis dapat sangat mempengaruhi proses perekrutan, yang menyebabkan keputusan yang mungkin tidak selaras dengan tujuan jangka panjang gereja. Menurut Carroll (2014), pemimpin gereja sering kali menghadapi tantangan dalam perekrutan karena anggapan yang sudah ada sebelumnya tentang apa yang merupakan kandidat ideal. Artikel ini mengeksplorasi empat keyakinan umum yang dapat merusak keputusan perekrutan dan menawarkan pendekatan terstruktur untuk memilih kandidat yang tepat, dengan mengintegrasikan wawasan psikologis dan penilaian spiritual. Mendefinisikan Keyakinan dan Dampaknya terhadap Pengambilan Keputusan Keyakinan adalah konstruksi kognitif yang memandu perilaku manusia, sering kali terbentuk melalui pengalaman masa lalu dan pengondisian sosial (Fishbein & Ajzen, ...

Kerangka Waktu Triadik: Meningkatkan Efektivitas Kepemimpinan melalui Refleksi Masa Lalu, Fokus Saat Ini, dan Visi Masa Depan

Abstract. Efektivitas kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh bagaimana pemimpin mengelola waktu mereka, namun literatur kepemimpinan sering kali hanya menekankan salah satu aspek masa lalu, masa kini, atau masa depan secara terpisah. Artikel ini memperkenalkan "Kerangka Waktu Triadik," sebuah model komprehensif yang menekankan pentingnya keseimbangan antara refleksi masa lalu, produktivitas saat ini, dan pemikiran visioner untuk masa depan. Berdasarkan literatur yang ada, kerangka ini menekankan pembelajaran reflektif sebagai alat untuk memperoleh wawasan dari pengalaman masa lalu, produktivitas yang disengaja dalam mengoptimalkan waktu dan sumber daya di masa kini, serta pemikiran visioner dalam menetapkan arah strategis dan tujuan jangka panjang. Studi kasus dan teori manajemen waktu mendukung pentingnya integrasi ketiga aspek ini dalam meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Artikel ini juga membahas tantangan dalam menerapkan kerangka waktu triadik dan menawarkan solusi prak...

Dari Kekurangan Menuju Kelimpahan: Kuasa Ketaatan dan Iman

Pendahuluan: Hari ini, kita akan merenungkan sebuah kisah yang sudah sangat dikenal dari Injil, kisah yang menunjukkan kuasa Yesus yang luar biasa. Namun, ada hal yang lebih mendalam dari kisah ini, yaitu peran kita dalam mujizat-Nya. Mari kita mengingat kembali cerita Yesus memberi makan 5.000 orang. Sekumpulan besar orang mengikuti Yesus, dan ketika hari mulai malam, para murid menyadari bahwa mereka tidak memiliki cukup makanan untuk semua orang. Yang ada hanyalah lima roti dan dua ikan. Tetapi Yesus mengambil persembahan kecil ini, mengucap syukur, dan dengan mujizat-Nya, makanan itu cukup untuk lebih dari 5.000 orang, bahkan masih ada sisa 12 bakul. Meskipun kisah ini menunjukkan kuasa Yesus, bukan hanya tentang mujizat itu sendiri. Hari ini, saya ingin kita melihat lebih jauh bagaimana ketaatan dan iman memainkan peran penting dalam peristiwa ini. Para murid harus taat dan mengikuti instruksi Yesus, bahkan ketika hal itu tampak tidak masuk akal, dan tindakan ketaatan mereka menja...

Ketika Surga Menyentuh Bumi: Mengalami Kehadiran Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Pendahuluan Saudara-saudara yang terkasih, mari kita buka bersama ayat pembuka dari Matius 6:10 yang berkata, "Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga." Ayat ini mengingatkan kita akan panggilan untuk membawa kehendak Tuhan dan kerajaan-Nya ke dalam setiap aspek kehidupan kita. Namun, jika kita jujur, banyak di antara kita yang merasa ada jarak antara iman kita dengan kehidupan sehari-hari. Kita sering kali merasakan kehadiran Tuhan hanya saat berada di gereja atau saat kita sedang dalam momen "spiritual." Tetapi, tahukah Anda bahwa Tuhan rindu untuk menemui kita dalam setiap momen hidup kita, bahkan dalam hal-hal yang kita anggap biasa dan rutin? Hari ini, saya ingin mengajak kita semua untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita, dan bagaimana Dia ingin hadir di tengah momen-momen sederhana dalam hidup kita. I. Memahami Kehadiran Tuhan yang Mahahadir Pertama-tama, mari kita pahami bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Mahah...

Penghiburan dalam Janji Allah

Renungan Penghiburan Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita berkumpul untuk mengenang kehidupan seorang yang telah kita kasihi, namun lebih dari itu, kita datang untuk mencari penghiburan dan kekuatan dalam firman Tuhan. Di tengah kesedihan ini, kita diingatkan akan janji-janji Allah yang membawa kita pada pengharapan yang kekal. Pemazmur dalam Mazmur 23:4 mengatakan:   _"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."_ Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam situasi tergelap sekalipun, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Kehadiran-Nya memberi kekuatan dan penghiburan. Walaupun kita saat ini sedang melewati lembah kekelaman, kita percaya bahwa Tuhan berjalan bersama kita. Dia adalah sumber penghiburan dan kekuatan kita. Yesus juga memberikan janji yang luar biasa dalam Yohanes 14:1-3:   _"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-K...

Kasih yang Melampaui Batas

Lukas 10:25-37 Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita mengawali refleksi ini dengan sebuah pertanyaan yang mendalam: *Apa yang sesungguhnya dimaksud Yesus ketika Ia mengisahkan tentang Orang Samaria yang baik hati?* Dalam Lukas 10:25-37, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Siapakah sesamaku manusia?" Pertanyaan ini tampak sederhana, namun sarat dengan makna teologis dan sosial. Jawaban Yesus, melalui perumpamaan ini, sebenarnya merupakan sebuah undangan untuk berpikir lebih kritis tentang konsep kasih dan batasan-batasan sosial yang sering kita ciptakan. Imam dan orang Lewi, dalam konteks kisah ini, secara tradisional diharapkan menjadi contoh moral dan rohani bagi masyarakat. Namun, mereka memilih untuk tidak menolong orang yang terluka. Mengapa demikian? Sebuah jawaban mungkin ada dalam kewajiban mereka untuk tetap bersih menurut hukum Taurat, agar dapat melaksanakan tugas di Bait Allah. Di sinilah kita dihada...